
Apakah anda sedang mencari Contoh direct cost dan indirect cost? Direct cost dan indirect cost sering jadi akar masalah ketika UMKM merasa omzet naik tetapi laba tetap tipis, HPP berubah ubah, dan harga jual bingung ditetapkan.
Banyak pengeluaran sudah dicatat, namun bercampur antara biaya yang melekat ke produk dan biaya umum yang seharusnya dialokasikan. Akibatnya biaya per unit tampak lebih murah dari kenyataan, promo jadi kebablasan, dan keputusan diskon atau komisi salah sasaran.
Dengan memahami perbedaan dan contoh direct cost dan indirect cost, Anda bisa memetakan mana yang langsung dihitung ke produk atau pesanan, mana yang perlu dialokasikan dengan driver yang adil seperti unit, jam kerja, atau jam mesin.
Artikel ini menyajikan penjelasan sederhana, contoh per sektor, dan studi kasus angka agar Anda bisa mengetahui yang mana direct cost dan indirect cost.
Ringkasan Apa itu Direct Cost dan Indirect Cost
Direct cost (biaya langsung) adalah biaya yang bisa langsung ditelusuri ke satu produk, pesanan, atau layanan tertentu. Biasanya naik turun mengikuti jumlah produksi. Contoh umumnya seperti: bahan baku kue, cup minuman per porsi, upah tenaga kerja langsung per order.
Indirect cost (biaya tidak langsung atau overhead) adalah biaya yang diperlukan agar usaha berjalan, tetapi tidak bisa dikaitkan ke satu produk secara spesifik. Biaya ini perlu dialokasikan dengan dasar yang adil seperti jam kerja, jam mesin, jumlah unit, luas area, atau jumlah batch. Contoh umumnya seperti: sewa toko, listrik umum, gaji admin, depresiasi alat.
Perbedaan direct cost dan indirect cost terletak pada keterlusuran biayanya, direct cost mudah ditautkan ke satu produk atau pesanan sehingga memberi gambaran biaya per unit yang jelas, sementara indirect cost tidak langsung terkait ke satu produk namun memastikan beban operasional tersembunyi tetap terakomodasi.
Dengan memahami perbedaan direct cost dan indirect cost secara tepat, perhitungan HPP menjadi lebih akurat dan margin yang dihasilkan bukan hanya tampak baik di atas kertas, tetapi mencerminkan kondisi usaha yang sebenarnya.
Cara Cepat Membedakannya Dengan 3 Tes Sederhana
Tiga tes ini membantu Anda mengklasifikasikan biaya dengan cepat. Pakai bersama-sama, bukan berdiri sendiri. Jika satu tes tidak jelas, lihat tes lain dan gunakan kebijakan internal yang konsisten.
1) Traceability Test
Pertanyaan kunci: Apakah biaya ini bisa ditautkan langsung ke satu produk, satu batch, atau satu order tertentu?
Jika jawabannya ya, kuat ke direct cost. Artinya Anda dapat menunjuk “biaya ini muncul karena membuat item itu”.
2) Variability Test
Pertanyaan kunci: Apakah nilai biaya ini naik turun secara cukup proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi atau jumlah order yang dikerjakan?
Jika ya, cenderung direct cost. Biaya variabel biasanya bergerak mengikuti output.
3) Shared Resource Test
Pertanyaan kunci: Apakah biaya ini dipakai bersama banyak produk, banyak batch, atau banyak order sekaligus?
Jika ya, biasanya indirect cost yang perlu dialokasikan. Shared resource artinya konsumsi tidak eksklusif untuk satu produk.
Contoh direct cost dan indirect cost per sektor UMKM

1) Kuliner (F&B)
Di usaha kuliner skala UMKM seperti warung makan, kedai kopi, dan katering rumahan, alurnya biasanya dimulai dari belanja bahan, tahap prep seperti marinasi dan racik bumbu, proses cooking atau brewing mengikuti resep standar, lalu plating atau packing dan pengantaran ke pelanggan.
Biaya sangat dipengaruhi konsistensi resep, ukuran porsi, serta kecepatan layanan. Karena prosesnya berbasis batch atau porsi, penentuan contoh direct cost dan indirect cost relatif jelas. Bahan dan tenaga masak per porsi cenderung direct, sedangkan utilitas dan sewa dapur bersifat overhead yang harus dialokasikan.
Direct cost (contoh yang kuat):
- Bahan baku per menu: beras, ayam, tepung, gula, minyak, susu, kopi, bumbu.
- Bahan pembantu per porsi: saus sachet, garnish, topping.
- Kemasan per porsi: cup, tutup, sedotan, paper box.
- Tenaga kerja langsung: upah koki/barista yang dihitung per batch/porsi (bisa time sheet).
- Energi khusus batch: gas/listrik oven/fryer jika meterannya/estimasi pemakaian bisa ditautkan ke batch tertentu.
Indirect cost (overhead dapur):
- Sewa dapur/toko, listrik/air umum, kebersihan.
- Gaji kasir, admin, cleaning service.
- Perawatan & depresiasi peralatan (kompor, oven, freezer).
- Langganan POS/wifi, alat kebersihan bersama.
2) Ritel / Toko
UMKM ritel seperti minimarket lokal, butik, dan toko perlengkapan menjalankan aktivitas procurement atau pembelian barang jadi, display dan merchandising, penjualan di kasir atau marketplace, serta pengelolaan stok.
Nilai tambah toko datang dari kurasi produk, lokasi, dan layanan. Karena barang dijual apa adanya tanpa proses produksi, direct cost melekat pada SKU. Biaya menjaga toko tetap buka adalah indirect cost yang dialokasikan adil ke produk.
Direct cost (contoh):
- Harga beli barang dagang per SKU (COGS).
- Ongkir inbound khusus SKU (misal pengiriman khusus 1 palet produk X).
- Kemasan/label khusus SKU (polybag bermerek, barcode khusus).
Indirect cost:
- Sewa toko & rak, listrik/AC umum, keamanan.
- Gaji pramuniaga bila tidak dicatat per SKU atau jam layanan produk tertentu.
- Asuransi stok, kerusakan & shrinkage umum (tak bisa ditautkan ke SKU).
3) Jasa (barbershop, bengkel, desain, konsultan)
Pada UMKM jasa, produk utama adalah waktu dan keahlian. Alur tipikal meliputi intake atau brief, delivery layanan seperti potong rambut, servis motor, atau desain, lalu handover berupa hasil akhir atau laporan.
Beban biaya paling menentukan berasal dari jam tenaga ahli dan bahan yang dipakai khusus order. Fasilitas studio atau bengkel seperti sewa, listrik umum, software, dan resepsionis mendukung semua proyek sehingga termasuk indirect cost.
Direct cost (contoh):
- Jam kerja tenaga ahli/teknisi per proyek (barber stylist, mekanik, desainer).
- Bahan habis pakai per order: minyak pomade klien A, sparepart motor klien X, lisensi font khusus proyek.
- Perjalanan/ongkir khusus proyek (visit klien A).
Indirect cost:
- Sewa tempat, listrik umum, perawatan alat.
- Gaji resepsionis/administrasi.
- Software/ alat kerja bersama (Photoshop, CAD), depresiasi kursi hidrolik/ kompresor/ komputer.
4) Manufaktur Sederhana (home industry, workshop)
UMKM manufaktur rumahan seperti mebel kecil, konveksi, dan kerajinan menjalankan perencanaan produksi, pengadaan bahan, proses seperti cutting atau assembling atau finishing, quality control, dan pengemasan.
Di sini ada kombinasi material, tenaga kerja langsung, serta pemakaian mesin. Bahan dan operator line termasuk direct cost. Listrik umum, QC bersama, mandor, dan depresiasi mesin atau gedung termasuk overhead pabrik yang harus dialokasikan menggunakan driver yang merefleksikan konsumsi sumber daya. Banyak kasus lebih akurat memakai jam mesin.
Direct cost (contoh):
- Bahan baku & penolong per unit (kayu, cat, kain, benang, baut).
- Tenaga kerja langsung (operator produksi, tukang potong/jahit di line).
- Kemasan unit.
Indirect cost (overhead pabrik):
- Listrik mesin umum (tanpa sub-meter spesifik), perawatan & suku cadang umum.
- Gaji mandor/supervisor & quality control umum.
- Depresiasi mesin/gedung, sewa gudang bahan/produk jadi.
- Alat safety & kebersihan pabrik.
5) Online Shop / Marketplace
UMKM online seller melakukan sourcing, listing dan promosi, order fulfillment meliputi picking, packing, shipping, serta after sales seperti chat CS dan retur. Platform mengenakan biaya per transaksi dan sering ada subsidi ongkir.
Biaya per order seperti COGS, komisi, ongkir yang ditanggung penjual, dan kemasan per paket adalah direct cost. Sementara biaya langganan toko, iklan branding yang menyasar semua produk, dan gaji admin termasuk indirect cost.
Direct cost (contoh):
- Harga beli barang per SKU (COGS).
- Komisi platform per transaksi (tercatat di dashboard).
- Ongkir ke pelanggan ditanggung penjual dan terikat ke order.
- Kemasan per order (bubble wrap khusus, kotak khusus SKU).
Indirect cost:
- Biaya langganan toko, tools daftar massal.
- Iklan branding umum (traffic semua produk).
- Gaji admin chat/CS, software akuntansi, biaya bank bulanan.
Kesimpulan
Mengenal contoh direct cost dan indirect cost adalah fondasi agar HPP akurat, harga jual realistis, dan margin stabil.
Dengan memisahkan biaya yang menempel langsung pada produk dari biaya umum yang perlu dialokasi, Anda menghindari “laba semu”, mencegah promo kebablasan, dan membuat keputusan harga serta stok dengan percaya diri.
Terapkan langkah sederhana seperti pemisahan akun, resep atau BOM yang jelas, timesheet untuk jasa, serta penetapan driver alokasi yang konsisten. Ketika data biaya rapi, laporan keuangan lebih mudah dibaca dan bisnis UMKM Anda lebih siap tumbuh.
Ingin dibantu merapikan klasifikasi biaya, memilih driver alokasi yang adil, dan menyetel HPP per SKU agar margin lebih sehat. Kunjungi sekarang Balancio Indo!