5 Perbedaan Utama IFRS dan PSAK Berdasarkan Ringkasan PwC Indonesia 2020

Perbedaan Utama IFRS dan PSAK

Bagi banyak pelaku bisnis dan mahasiswa akuntansi, istilah IFRS dan PSAK sering muncul ketika membahas laporan keuangan. Keduanya memang sama-sama merupakan standar akuntansi, namun memiliki cakupan dan tujuan yang berbeda. Pemahaman mengenai perbedaan IFRS dan PSAK sangat penting terutama karena Indonesia mengadopsi IFRS sebagai dasar pengembangan PSAK.

Artikel ini akan membahas secara lengkap dan mudah dipahami tentang apa itu IFRS, apa itu PSAK, bagaimana hubungan keduanya, serta perbedaan-perbedaan penting yang perlu diketahui Berdasarkan Ringkasan PwC Indonesia 2020

Memahami Apa Itu IFRS

International Financial Reporting Standards (IFRS) adalah seperangkat standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh IASB (International Accounting Standards Board).

Tujuan utama IFRS adalah menciptakan laporan keuangan yang konsisten, transparan, dan dapat dibandingkan antarnegara.

Ada lebih dari 150 negara yang mengadopsi IFRS, baik secara penuh maupun sebagian. Standar ini terus diperbarui mengikuti perkembangan bisnis global, seperti digitalisasi, transaksi lintas negara, dan instrumen keuangan modern.

Apa Itu PSAK

PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) adalah standar akuntansi yang digunakan di Indonesia. PSAK disusun oleh DSAK IAI (Dewan Standar Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia).

Sejak 2012, Indonesia menetapkan bahwa PSAK akan mengacu pada IFRS, dengan jeda waktu (time lag) tertentu sebelum benar-benar mengadopsinya. Karena itu, PSAK sering disebut sebagai IFRS-based atau converged with IFRS.

Namun demikian, ada beberapa standar yang disesuaikan dengan kondisi ekonomi, hukum, dan transaksi khusus Indonesia, misalnya standar terkait pajak, koperasi, atau transaksi restrukturisasi entitas sepengendali.

5 Perbedaan Utama IFRS dan PSAK

Mengenal IFRS dan PSAK

Walaupun PSAK di Indonesia sudah sangat banyak mengacu pada IFRS, keduanya bukan standar yang sama. Ada beberapa perbedaan penting yang muncul karena konteks regulasi, kebutuhan industri, dan proses adopsi di Indonesia.

Ringkasan komparatif PwC antara IFRS dan PSAK menunjukkan bahwa sebagian besar standar “mirip”, tetapi tidak selalu identik dalam detail dan cakupan.

Berikut kelompok perbedaan utama antara IFRS dan PSAK.

1. Standar IFRS yang Belum atau Tidak Diadopsi PSAK

Beberapa standar IFRS tidak memiliki padanan langsung dalam PSAK. Artinya, topik yang diatur IFRS tersebut tidak diatur secara spesifik dalam PSAK, atau pendekatannya diakomodasi lewat ketentuan lain.

Contoh:

  1. IFRS 1 – First-time Adoption of IFRS
    • IFRS: Mengatur secara khusus cara perusahaan beralih dari standar lama ke IFRS, termasuk penyesuaian awal, opening balance, dan pengungkapan transisi.
    • PSAK: Tidak ada standar setara. Transisi menuju PSAK berbasis IFRS diatur di ketentuan transisi masing-masing PSAK/ISAK, bukan dalam satu standar tersendiri.
  2. IFRS 14 – Regulatory Deferral Accounts
    • IFRS: Ditujukan untuk entitas yang baru mengadopsi IFRS dan memiliki akun penangguhan yang diatur regulator (umumnya di utilitas publik).
    • PSAK: Tidak mengadopsi IFRS 14 karena konteksnya dianggap kurang relevan untuk Indonesia.
  3. IFRS 17 – Insurance Contracts
    • IFRS: Standar baru yang menggantikan IFRS 4 dan memberikan model pengukuran modern untuk kontrak asuransi.
    • PSAK: Sampai dokumen pembandingan diterbitkan, Indonesia masih menggunakan PSAK 62 (berbasis IFRS 4) serta PSAK 28 dan PSAK 36 untuk asuransi kerugian dan asuransi jiwa. IFRS 17 belum diadopsi penuh.

Akibatnya, laporan keuangan entitas asuransi atau entitas dengan akun regulasi tertentu di Indonesia bisa cukup berbeda dari entitas sejenis yang melapor penuh berdasarkan IFRS.

2. Standar PSAK yang Tidak Ada dalam IFRS

Sebaliknya, Indonesia juga memiliki beberapa standar lokal yang tidak ada padanannya dalam IFRS karena menjawab kebutuhan khusus di Indonesia.

Contoh utama:

  1. PSAK 38 – Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali
    • Mengatur transaksi antar entitas dalam satu kelompok usaha yang berada di bawah pengendalian yang sama (misalnya pengalihan aset/entitas anak di dalam grup).
    • IFRS tidak memiliki standar terpisah untuk restrukturisasi sepengendali; isu ini biasanya ditangani dengan kombinasi standar lain atau panduan regulator lokal.
  2. PSAK 70 – Akuntansi Aset dan Liabilitas Pengampunan Pajak
    • Dirancang khusus untuk merespons program tax amnesty di Indonesia.
    • IFRS tidak memiliki standar serupa karena tidak semua yurisdiksi memiliki program pengampunan pajak yang terstruktur seperti di Indonesia.
  3. ISAK 35 – Penyajian Laporan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba
    • Menjelaskan penerapan PSAK 1 pada entitas nirlaba dan memberikan contoh struktur laporan keuangan nonlaba.
    • IFRS tidak mengatur secara khusus entitas nonlaba pada level standar/interpretasi seperti ini.

Keberadaan standar lokal ini membuat sistem PSAK bukan sekadar “copy” IFRS, tetapi IFRS plus regulasi dan praktik lokal.

3. Perbedaan dalam Penyajian dan Definisi Sistem Standar

Pada area penyajian laporan keuangan, PSAK dan IFRS tampak serupa, tetapi ada perbedaan substansi di balik definisi dan kewenangan standar.

Dalam dokumen PwC, IAS 1 dibandingkan dengan PSAK 1 dan ditemukan beberapa perbedaan kunci :

  1. Ruang lingkup definisi standar
    • IFRS/IAS 1: Ketika menyebut “IFRS”, yang dimaksud adalah standar dan interpretasi yang diterbitkan IASB beserta IFRIC/SIC.
    • PSAK 1: Mendefinisikan “Standar Akuntansi Keuangan Indonesia” tidak hanya meliputi PSAK dan ISAK, tetapi juga peraturan pelaporan keuangan yang diterbitkan otoritas pasar modal (OJK) untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya.

Artinya, bagi entitas publik di Indonesia, kewajiban pelaporan bukan hanya IFRS-style PSAK, tetapi juga ketentuan teknis OJK yang menjadi bagian dari sistem standar.

  1. Kemungkinan “departure” dari standar
    • IAS 1: Dalam keadaan sangat jarang, jika penerapan standar tertentu membuat laporan keuangan menyesatkan, entitas dapat menyimpang dari standar tersebut untuk mencapai penyajian wajar, dengan pengungkapan yang memadai.
    • PSAK 1: Tidak memberikan ruang untuk menyimpang dari PSAK. Jika manajemen menganggap penerapan standar tertentu bisa menyesatkan, entitas tetap harus menerapkan PSAK, dan hanya boleh menambahkan pengungkapan bahwa penyajian alternatif mungkin lebih mencerminkan kondisi yang wajar.

Hal ini menjadikan PSAK lebih “ketat” secara formal dalam soal kepatuhan terhadap bunyi standar.

  1. Penegasan tanggung jawab manajemen
    • PSAK 1 secara eksplisit menyatakan bahwa manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
    • Dalam IAS 1, tanggung jawab tersebut lebih merupakan asumsi umum dan tidak dinyatakan dengan cara yang sama.

4. Perbedaan Karena Waktu Adopsi dan Update Standar

IFRS berkembang dan direvisi secara berkelanjutan. PSAK mengadopsi IFRS, tetapi tidak selalu pada saat yang sama. Ada jeda waktu (time lag), sehingga pada suatu titik tertentu:

  • beberapa PSAK sudah setara penuh dengan IFRS versi terbaru,
  • sementara yang lain masih mencerminkan versi IFRS yang lebih lama.

Contohnya:

  1. PSAK 22 vs IFRS 3 – Business Combinations
    • Secara umum konsisten, tetapi PSAK 22 belum mengadopsi amandemen terbaru IFRS 3 terkait definisi bisnis yang lebih ketat.
    • IFRS 3 sudah diperbarui untuk memperjelas kapan suatu perolehan aset dianggap “bisnis” atau hanya “aset individual”; PSAK 22 masih memakai versi sebelumnya.
  2. PSAK 65 dan PSAK 15 vs IFRS 10 dan IAS 28
    • PSAK 65 dan PSAK 15 belum mengadopsi perubahan terkait penjualan atau kontribusi aset antara investor dan entitas asosiasi atau ventura bersama.
    • IASB sendiri menunda efektif tanggal amandemen tersebut, sementara PSAK belum mengikutinya pada saat publikasi.

Akibat jeda ini, dalam beberapa area spesifik, laporan keuangan berbasis PSAK dapat berbeda dari laporan keuangan berbasis IFRS terbaru, walaupun merujuk judul standar yang sama.

5. Perbedaan di Area Industri dan Topik Tertentu

Walaupun banyak standar disebut “konsisten dalam hampir semua hal yang signifikan”, ada sektor tertentu di mana PSAK menambahkan aturan atau kombinasi standar yang membuat praktiknya berbeda.

Beberapa area yang menonjol:

  1. Kontrak Asuransi
    • IFRS menuju model tunggal IFRS 17.
    • PSAK masih menggunakan kombinasi PSAK 62, PSAK 28, PSAK 36. Kombinasi ini mencerminkan kebutuhan industri asuransi di Indonesia dan belum sepenuhnya mengikuti model global baru.
  2. Properti Investasi dan Definisi Bangunan
    • PSAK menambahkan ISAK 31, yang menjelaskan ruang lingkup PSAK 13 terkait properti investasi dan karakteristik bangunan (dinding, lantai, atap, dll.).
    • IFRS hanya mengandalkan IAS 40 tanpa interpretasi nasional seperti ini.
  3. Entitas Nonlaba
    • PSAK melalui ISAK 35 memberikan format dan contoh khusus untuk entitas berorientasi nonlaba.
    • IFRS tidak mengenal interpretasi serupa, sehingga praktik pelaporan entitas nonlaba di yurisdiksi IFRS murni bisa jauh lebih beragam.

Kesimpulan

Perbedaan antara IFRS dan PSAK bukan sekadar perbedaan istilah atau penyajian, tetapi mencerminkan kebutuhan regulasi, karakteristik ekonomi, dan konteks industri Indonesia.

Walaupun PSAK telah banyak mengadopsi IFRS dan menjadikannya landasan utama, tetap ada perbedaan penting seperti standar IFRS yang belum diadopsi penuh, standar PSAK lokal yang tidak memiliki padanan internasional, perbedaan kewenangan regulator dalam definisi standar, serta perbedaan waktu adopsi ketika IFRS diperbarui.

Pemahaman tentang perbedaan ini sangat penting bagi pelaku usaha, penyusun laporan keuangan, auditor, konsultan, hingga pihak yang membutuhkan analisis keuangan lintas negara.

Dengan mengetahui di mana IFRS dan PSAK sejalan dan di mana mereka berbeda, pembaca akan memiliki pemahaman lebih kuat dalam menilai laporan keuangan dan mematuhi regulasi yang berlaku di Indonesia.

Gunakan Jasa Balancio Indo untuk Implementasi PSAK dan IFRS

Jika Anda membutuhkan pendampingan dalam memahami atau menerapkan PSAK berbasis IFRS di bisnis Anda, Balancio Indo siap membantu. Kami menyediakan:

  • Konsultasi penyusunan laporan keuangan sesuai PSAK terbaru
  • Pendampingan implementasi standar berbasis IFRS
  • Review dan audit internal untuk memastikan kepatuhan
  • Pelatihan bagi tim keuangan agar memahami perubahan standar
  • Bantuan teknis dalam penyusunan kebijakan akuntansi perusahaan

Dengan pendekatan yang praktis dan mudah dipahami, Balancio Indo membantu bisnis Anda tetap patuh, akurat, dan siap bersaing secara profesional. Hubungi Balancio Indo sekarang untuk mendapatkan solusi akuntansi yang lebih efektif dan terpercaya.

Leave A Comment

Categories

Subscribe for insights that help you make sharper, smarter decisions.

Great Business Starts with Financial Clarity